Senin, 08 April 2013

Mengapa Maria dipilih Tuhan?

Luk 1: 26 - 38

Mengapa Maria dipilih Allah untuk mengandung sang Juruselamat manusia? Apa keistimewaannya? Dalam kitab suci tidak dijelaskan alasannya. Tetapi dari kisah cerita Maria menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel, pertanyaan tadi bisa terjawab. Maria dipilih Allah menjadi Bunda Penebus karena:
  1. Maria penuh rahmat, senantiasa diberi kasih karunia Tuhan
  2. Maria selalu disertai Tuhan
dua keterangan ini berasal dari malaikat Gabriel. Itu kata Gabriel. Benarkan Maria senantiasa mendapat rahmat/kasih karunia Tuhan dan benarkah Tuhan selalu menyertai Maria. Kebenaran keterangan malaikat Gabriel ini bisa kita lihat dari buah perbuatan Maria. Ia menerima kehendak Tuhan, karena ia memposisikan dirinya sebagai hamba Tuhan.

Maria memposisikan diri sebagai seorang hamba karena yang berperanan penuh dalam hidupnya adalah Allah. Peranan Allah ini ia rasakan melalui kasih-Nya yang selalu tercurah dan ia mengimani bahwa Allah selalu menyertainya. Seorang hamba pasti akan menomorsatukan kehendak tuannya. Apabila ia lapar dan tuannya juga lapar, maka yang akan ia dahulukan adalah melayani tuannya makan, baru setelah itu bila tuannya meminta ia makan, barulah ia makan. Seorang hamba selalu mendahulukan kehendak tuannya terlebih dahulu.

Bagaimana dengan aku?
Apakah hidupku selalu mendapat curahan rahmat Tuhan? Apakah aku selalu dalam kasih karunia-Nya? Apakah  Tuhan selalu menyertai hidupku?
Sama dengan Maria. Keadaanku seperti di atas benar-benar terjadi dalam hidupku, bisa dilihat dari buah perbuatanku? Apakah aku sudah memposisikan diriku sebagai seorang hamba? Atau aku memposisikan diriku sebagai seorang Tuan dan Tuhan malah menjadi hambaku?

Kalau aku berdoa meminta sesuatu kepada Tuhan, bukankah itu berarti aku sudah memposisikan Tuhan sebagai hambaku? Kalau aku memaksa yang terjadi adalah seperti apa yang kukehendaki berarti iya. Namun bila aku meminta dan yang terjadi adalah kehendak Tuhan, itu adalah doa seorang hamba pada tuannya.

Terus seperti apakah ciri-ciri orang yang memposisikan dirinya sebagai hamba Tuhan?
Bila aku memposisikan diriku sebagai seorang hamba, maka aku akan selalu menomor-satukan kehendak Tuhan? Dalam seluruh gerak hidupku, sepanjang hidupku, ku abdikan diriku pada Tuhan.

Hamba tidak akan tidur duluan seandainya tuannya belum pulang ke rumah. Ketika tuannya makan pun, hamba akan stand by di sampingnya sambil berdiri menunggu perintah atau permintaan lain dari tuannya.
Kalau aku memposisikan diriku sebagai hamba Tuhan, maka aku akan selalu stand by menjalankan perintah/kehendak-Nya. Aku akan bisa mendengarkan perintah-Nya bila aku selalu dekat dengan-Nya.
Langkah-langkah yang akan aku ambil sebagai hamba Tuhan:
  1. Selalu dekat dengan-Nya: selalu berdoa dalam hati mengucapkan doa "Salam Maria" setiap saat dalam keadaan tidak bekerja. Misal saat berjalan, saat mengendarai motor, saat mau tidur, saat mandi, saat makan, saat menunggu, dsb. Aku akan selalu meditasi. Inilah caraku untuk selalu hidup dalam rahmat/ kasih karunia Tuhan. Dengan cara seperti ini, aku percaya Tuhan selalu menyertaiku.
  2. Berusaha mengikuti Misa Harian. Tiap hari Tuhan Yesus memanggil aku untuk menyantap Tubuh dan Darah-Nya sebagai Roti Kehidupan dan Piala Keselamatanku. Sebelum itu dalam misa tersebut aku mendengarkan sabda-Nya.
  3. Tujuan setiap hari dalam hidupku adalah agar aku bisa melaksanakan kehendak Tuhan. Bagaimana aku bisa tahu dan sedang menjalankan kehendak Tuhan? Kehendak Tuhan biasanya aku tangkap melalui gerak hati (passion). Aku lakukan apa yang menjadi gerak hati, walaupun itu perbuatan kecil sekalipun.
Maria melaksanakan kehendak besar Tuhan. Sebelum bisa menjalankan kehendak besar Tuhan, pasti Maria sebelumnya biasa menjalankan kehendak kecil Tuhan, hal-hal yang remeh menurut ukuran manusia.

Ketika perayaan Paskah 2013, saya diminta untuk menjadi sie kebersihan dalam sebuah rapat kepanitaan. Tugasnya adalah membersihkan gereja dan halamannya dari sampah dan membersihkan toilet. Saya mau dan tidak gengsi. Walaupun saya tahu banyak tentang liturgi, namun karena tidak ada yang mau menjadi sie kebersihan, maka tugas itu saya terima.

Awalnya sih agak tersinggung dan gengsi. Sebagai seorang katekis dan organis, masak disuruh bertanggung jawab pada hal-hal yang tidak bersinggungan langsung dengan Perayaan Ekaristi? Namun, perlahan keinginan ketua panitia itu saya anggap sebagai kehendak Tuhan. Mengapa? Karena permintaan menjadi sie kebersihan itu juga untuk kebaikan banyak orang. Dan saya sadar bahwa sebelum melakukan hal yang besar, saya harus mau melakukan hal yang kecil.