Minggu, 27 Januari 2019

Yesus dan Beelzebul

Senin, 28 Januari 2019

Mrk 3:22Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: "Ia kerasukan Beelzebul," dan: "Dengan penghulu setan Ia mengusir setan."
Mrk 3:23Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: "Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis?
Mrk 3:24Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan,
Mrk 3:25dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan.
Mrk 3:26Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya.
Mrk 3:27Tetapi tidak seorangpun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu.

Renungan:

Anak-anak, pada hari ini para ahli Taurat menuduh Yesus yang banyak membuat mujijat: menyembuhkan orang, dan mengusir roh jahat. Para Ahli Taurat mengatakan bahwa Yesus menggunakan kuasa setan. Namun, Yesus memberi penjelasan. Tidak mungkin setan menghancurkan dirinya sendiri.
Sebaliknya, Yesus datang ke dunia untuk menghancurkan setan yang telah memperbudak kita untuk melakukan dosa. Di dalam alkitab, setan mempunyai banyak istilah, di antaranya iblis, Belzebul (pangeran setan), roh jahat, bapak pendusta, Lucifer (malaikat yang memberontak Allah dan akhirnya mendirikan kerajaan setan/kerajaan kegelapan).
Yesus mengumpamakan setan dengan seorang perampok. Setan bisa masuk dalam hati kita dan merampok iman/keyakinan kita kepada Allah dan kesiapan kita melakukan perintah-perintah Allah.
Anak-anak, kalau tuan rumah lebih kuat dari perampok, maka perampok itu tidak bisa merampok. Kita tidak bisa menghadapi setan dengan kekuatan kita sendiri. Kita memerlukan kekuatan Allah untuk kelawan setan. Bagaimana caranya? Kita harus menaati perintah-perintahnya dan tidak akan mengizinkan siapapun untuk mengendalikan hawa nafsu dan keinginan-keinginan kita, kecuali Yesus saja.
Doa:
Ya Yesus, Engkau berkuasa mengusir setan. Bantulah kami dengan kekuatan-Mu agar kami pun dapat mengusir setan yang selalu menggoda kami untuk menjauh dari-Mu. Sebab Engkaulah Tuhan dan juruselamat kami. Amin

Senin, 16 September 2013

Perumpamaan Domba yang Hilang



Luk 15: 1 - 7 
  1. Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.
  2. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka."
  3. Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:
  4. "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?
  5. Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira,
  6. dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetanggan serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.
  7. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."
Tujuan Yesus memberikan perumpamaan tentang domba yang hilang yaitu untuk memberi penjelasan tentang omelan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat ngomel mengapa Yesus menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka. Yesus harusnya menolak para pemungut cukai dan orang berdosa. Tentu saja mereka berpikir bahwa yang pantas untuk bergaul bersama Yesus adalah orang-orang seperti mereka, orang-orang yang patuh menjalankan hukum taurat dan orang-orang yang ahli taurat.

Yesus mau menjelaskan mengapa Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama dengan mereka.

Siapakah orang-orang berdosa:
Menurut adat bangsa Yahudi, yang termasuk orang-orang berdosa  yaitu:
  1. Orang-orang sakit/cacat
  2. Orang-orang miskin
  3. Pemungut Cukai
  4. Pelacur
  5. Orang yang melanggar perintah Allah
Orang-orang berdosa itu dikucilkan dalam masyarakat, karena seperti penyakit bisa menular, demikian juga dosa juga bisa menular. Berbeda dengan kebiasaan bangsa-Nya, Yesus tidak mengucilkan orang-orang berdosa. Yesus menerima mereka. Tidak hanya sekali saja Yesus menerima orang-orang berdosa. Dalam Injil dikatakan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa dikatakan biasanya datang kepada Yesus untuk mendengakan Yesus. Jadi sudah menjadi kebiasaan Yesus menerima mereka.

Yesus tidak hanya menerima para pemungut cukai dan orang-orang berdosa untuk mendengarkan pengajaran-Nya, pasti Yesus sudah mengampuni (tidak lagi mengingat-ingat lagi perbuatan dosa mereka) mereka. Ini terlihat dari perbuatan Yesus yang mau makan bersama-sama dengan mereka.

Mungkin sudah menjadi kebiasaan sebagian masyarakat kecil kita, bahwa majikan tentu tidak mau makan semeja dengan pembantu. Mengapa? Karena majikan tersebut selalu mengingat derajat di antara mereka berbeda. Sungguh berbeda dengan Yesus. Yesus tidak membeda-bedakan orang karena perbuatannya, pekerjaannya, ekonominya, satus sosialnya, jabatan. Di hadapan-Nya, Tuhan melihat kita sama/sederajat, yaitu sama-sama manusia, tanpa perbedaan. Berbeda bila manusia melihat sesamanya manusia.

Yesus mau menjelaskan mengapa ia berbuat demikian dengan sebuah perumpamaan tentang domba yang hilang. Sikap Yesus, Ia samakan dengan sikap sang gembala. Tentu sikap gembala ini agak aneh. Ia berani meninggalkan 99 dombanya di padang gurun hanya karena mau mencari satu domba yang hilang? Apakah ia tidak kuatir bahwa 99 domba yang ia tinggalkan mungkin saja banyak yang akan hilang entah mereka mau menentukan jalannya sendiri, atau hilang karena dimangsa binantang buas. Namun, tentu saja domba yang hilang ini digunakan untuk mengumpamakan orang berdosa yang mau bertobat, dan 99 domba digunakan untuk mengumpamakan orang benar yang merasa diri tidak perlu bertobat, karena merasa dirinya sudah menjadi orang benar.

Yesus lebih membuka diri-Nya bagi orang-orang yang mengakui dirinya sebagai orang berdosa dan mau bertobat. Bertobatan itu ditandai dengan sikap orang-orang berdosa yang mau datang kepada Yesus dan ingin mendengarkan sabda Yesus, yang merupakan jalan, kebenaran, dan hidup.

melalui paradoks angka 1 dan 99 domba ini, Yesus mau menjelaskan bahwa satu orang berdosa yang bertobat lebih mendatangkan sukacita surgawi daripada 99 orang benar yang tidak memerlukan pertobatan. Pertobatan satu orang berdosa lebih mendatangkan sukacita daripada 99 orang yang merasa diri sudah benar dan tidak perlu bertobat. Di sinilah terlihat perbedaan cara pandang antara Allah dan manusia.

Manusia melihat dengan matanya, sedangkan Allah melihat dengan hati-Nya.

Sebagai manusia, kadang kita melihat sesama kita hanya sematas mata memandang. "Besar-kecil orang" ditentukan dari sebatas penglihatan mata kita. Mata kita melihat muka/wajahnya, melihat bajunya, melihat kendaraannya, melihat rumahnya, melihat kepintarannya, melihat pekerjaannya, melihat jasa-jasanya, melihat uang yang dipunyainya, melihat gelarnya, dsb.

Tuhan melihat manusia bukan melihat apa yang ada di luar namun apa yang ada di dalam.Tuhan melihat hati manusia. Tuhan bisa melihat hati manusia karena Tuhan melihatnya juga dengan hati.

Bagaimana cara kita bisa mempunyai sikap seperti Tuhan Yesus sendiri, melihat sesuatu bukan dengan mata  namun dengan hati kita. Bisakah?

Bisa. Caranya? Kita harus menumbuhkan fungsi hati kita selain untuk mendengar juga untuk melihat. Dengan cara apa kita menumbuhkan fungsi hati kita? Dengan mengubah cara berdoa kita. Kalau kita berdoa, matikan gerak tubuh, matikan gerak perasaan, matikan gerak pikiran. Kalau semuanya itu mati, maka hati akan tumbuh. Tumbuh dalam persatuan mesra dengan Allah. Itulah artinya berdoa dengan hati. Bila hati kita sudah bersatu dengan hati Allah, maka cara kita melihat pun akan sama dengan cara Allah melihat, yaitu melihat dengan hati.

Apa artinya melihat sesuatu dengan hati. Artinya melihat sesuatu dengan cinta. Mengapa bisa dengan cinta? Karena selalu melihat Allah ada dalam segala sesuatu.


“... Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia…” (Roma 8:28)

Senin, 09 September 2013

Pikullah kuk yang Kupasang

Mat 11: 28 -30
28.  Marilah kepada-Ku ,  semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan 
       kepadamu.

29.  Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan  
       rendah hati dan jiwamu  akan mendapat ketenangan.

30.  Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.

Firman inilah yang selalu mengema dalam hati saya ketika saya letih lesu dan berbeban berat karena pekerjaan  di sekolah. Seperti halnya hari ini, saya merasa berbeban berat karena tiga guru di sekolah, jatuh sakit. Sakit penyakit yang lumayan berat sehingga agak lama meninggalkan tugas mengajar di sekolah. Tentu saja peristiwa ini menyebabkan kerugian bagi para siswa.

Firman di atas menggerakkan saya untuk datang kepada Yesus, menyerahkan keletihan dan kelesuan serta beban berat yang saya rasakan. Dalam keheningan doa, firman itu terus menggema dan saya merasakan kelegaan itu.

Pikulah kuk yang Kupasang

Kuk adalah palang kayu bajak yang dipasangkan pada punduk sapi/kerbau. Firman ini mengikuti firman sebelumnya. Orang yang telah dilegakan oleh Yesus tidak kemudian hidup tanpa beban lagi. 


Kalau kita perhatikan, bajak biasanya ditarik oleh dua ekor sapi. Kalau seandainya kita diiumpakan bekerja membajak ladang dunia, sebetulnya yang mempunyai pekerjaan itu ialah Allah Bapa sendiri. Yesus sudah siap dengan menjalankan pekerjaanNya dan akan memberikan kuk sebelahnya untuk kita. Kita ditawari Yesus untuk menjadi mitra kerja denganNya menyelesaikan pekerjaan yang telah Bapa siapkan untuk kita masing-masing.

Pekerjaan kita di dunia ini bukanlah pekerjaan kita. Kita sedang mengerjakan pekerjaan Allah Bapa. Kalau kita datang kepada Yesus bukan meminta agar Yesus membantu kita turut meringankan beban pekerjaan kita. 

Dalam  doa kita datang kepada yang memberi pekerjaan/tugas. Kita serahkan dan laporkan segala kemampuan terbaik yang telah kita lakukan. Tentu saja, yang kita lakukan itu jauh dari sempurna. Masih banyak permasalahan yang belum terselesaikan. Namun, janganlah kita lupa. Kita membajak bersama Yesus. Yesus akan menyelesaikan bagian yang tidak mampu kita kerjakan. 
"Kerjakan bagian kita dengan setia ... dan lihatlah, Tuhan akan mengerjakan bagian-Nya dengan sempurna."
 Kalau kita memandang kuk yang dipasangkan oleh Yesus seperti ini, maka kita akan memikul kuk dengan penuh sukacita karena kuk yang dipasang Yesus itu enak. Enak karena kita merasakan sukacita telah turut ambil bagian dalam pekerjaan Allah. dan kita turut meringankan beban pekerjaan Yesus.
 

Senin, 08 April 2013

Mengapa Maria dipilih Tuhan?

Luk 1: 26 - 38

Mengapa Maria dipilih Allah untuk mengandung sang Juruselamat manusia? Apa keistimewaannya? Dalam kitab suci tidak dijelaskan alasannya. Tetapi dari kisah cerita Maria menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel, pertanyaan tadi bisa terjawab. Maria dipilih Allah menjadi Bunda Penebus karena:
  1. Maria penuh rahmat, senantiasa diberi kasih karunia Tuhan
  2. Maria selalu disertai Tuhan
dua keterangan ini berasal dari malaikat Gabriel. Itu kata Gabriel. Benarkan Maria senantiasa mendapat rahmat/kasih karunia Tuhan dan benarkah Tuhan selalu menyertai Maria. Kebenaran keterangan malaikat Gabriel ini bisa kita lihat dari buah perbuatan Maria. Ia menerima kehendak Tuhan, karena ia memposisikan dirinya sebagai hamba Tuhan.

Maria memposisikan diri sebagai seorang hamba karena yang berperanan penuh dalam hidupnya adalah Allah. Peranan Allah ini ia rasakan melalui kasih-Nya yang selalu tercurah dan ia mengimani bahwa Allah selalu menyertainya. Seorang hamba pasti akan menomorsatukan kehendak tuannya. Apabila ia lapar dan tuannya juga lapar, maka yang akan ia dahulukan adalah melayani tuannya makan, baru setelah itu bila tuannya meminta ia makan, barulah ia makan. Seorang hamba selalu mendahulukan kehendak tuannya terlebih dahulu.

Bagaimana dengan aku?
Apakah hidupku selalu mendapat curahan rahmat Tuhan? Apakah aku selalu dalam kasih karunia-Nya? Apakah  Tuhan selalu menyertai hidupku?
Sama dengan Maria. Keadaanku seperti di atas benar-benar terjadi dalam hidupku, bisa dilihat dari buah perbuatanku? Apakah aku sudah memposisikan diriku sebagai seorang hamba? Atau aku memposisikan diriku sebagai seorang Tuan dan Tuhan malah menjadi hambaku?

Kalau aku berdoa meminta sesuatu kepada Tuhan, bukankah itu berarti aku sudah memposisikan Tuhan sebagai hambaku? Kalau aku memaksa yang terjadi adalah seperti apa yang kukehendaki berarti iya. Namun bila aku meminta dan yang terjadi adalah kehendak Tuhan, itu adalah doa seorang hamba pada tuannya.

Terus seperti apakah ciri-ciri orang yang memposisikan dirinya sebagai hamba Tuhan?
Bila aku memposisikan diriku sebagai seorang hamba, maka aku akan selalu menomor-satukan kehendak Tuhan? Dalam seluruh gerak hidupku, sepanjang hidupku, ku abdikan diriku pada Tuhan.

Hamba tidak akan tidur duluan seandainya tuannya belum pulang ke rumah. Ketika tuannya makan pun, hamba akan stand by di sampingnya sambil berdiri menunggu perintah atau permintaan lain dari tuannya.
Kalau aku memposisikan diriku sebagai hamba Tuhan, maka aku akan selalu stand by menjalankan perintah/kehendak-Nya. Aku akan bisa mendengarkan perintah-Nya bila aku selalu dekat dengan-Nya.
Langkah-langkah yang akan aku ambil sebagai hamba Tuhan:
  1. Selalu dekat dengan-Nya: selalu berdoa dalam hati mengucapkan doa "Salam Maria" setiap saat dalam keadaan tidak bekerja. Misal saat berjalan, saat mengendarai motor, saat mau tidur, saat mandi, saat makan, saat menunggu, dsb. Aku akan selalu meditasi. Inilah caraku untuk selalu hidup dalam rahmat/ kasih karunia Tuhan. Dengan cara seperti ini, aku percaya Tuhan selalu menyertaiku.
  2. Berusaha mengikuti Misa Harian. Tiap hari Tuhan Yesus memanggil aku untuk menyantap Tubuh dan Darah-Nya sebagai Roti Kehidupan dan Piala Keselamatanku. Sebelum itu dalam misa tersebut aku mendengarkan sabda-Nya.
  3. Tujuan setiap hari dalam hidupku adalah agar aku bisa melaksanakan kehendak Tuhan. Bagaimana aku bisa tahu dan sedang menjalankan kehendak Tuhan? Kehendak Tuhan biasanya aku tangkap melalui gerak hati (passion). Aku lakukan apa yang menjadi gerak hati, walaupun itu perbuatan kecil sekalipun.
Maria melaksanakan kehendak besar Tuhan. Sebelum bisa menjalankan kehendak besar Tuhan, pasti Maria sebelumnya biasa menjalankan kehendak kecil Tuhan, hal-hal yang remeh menurut ukuran manusia.

Ketika perayaan Paskah 2013, saya diminta untuk menjadi sie kebersihan dalam sebuah rapat kepanitaan. Tugasnya adalah membersihkan gereja dan halamannya dari sampah dan membersihkan toilet. Saya mau dan tidak gengsi. Walaupun saya tahu banyak tentang liturgi, namun karena tidak ada yang mau menjadi sie kebersihan, maka tugas itu saya terima.

Awalnya sih agak tersinggung dan gengsi. Sebagai seorang katekis dan organis, masak disuruh bertanggung jawab pada hal-hal yang tidak bersinggungan langsung dengan Perayaan Ekaristi? Namun, perlahan keinginan ketua panitia itu saya anggap sebagai kehendak Tuhan. Mengapa? Karena permintaan menjadi sie kebersihan itu juga untuk kebaikan banyak orang. Dan saya sadar bahwa sebelum melakukan hal yang besar, saya harus mau melakukan hal yang kecil.